Perjalanan Panjang Menuju Puncak Gunung Prau Dieng Untuk Pertama Kalinya

Puncak gunung Prau yang cantik dan mempesona, tentunya sudah tak asing lagi di kalangan para penikmat ketinggian.

Gunung yang satu ini mulai terkenal di kalangan pendaki beberapa tahun terakhir, karena keindahan panorama yang tersaji ketika berada di puncak gunung Prau.

Sebut saja puncak – puncak gunung megah seperta Merbabu, Merapi, Ungaran, Sumbing, Sindoro, semuanya tampak berdiri begitu gagah terlihat dari puncak Prau.

Belum lagi hamparan bunga – bunga daisy berwarna keunguan, tersebar membentuk lautan warna menyelimuti gunung nan indah ini.

Dan yang paling terkenal adalah fenomena Golden Sunrise atau momentum saat matahari terbit di gunung Prau, jika cuaca sedang cerah, maka anda akan menyaksikan dinding langit berwarna oranye membentuk garis memanjang, membiaskan cahaya matahari dari ufuk timur yang malu – malu menampakkan wajahnya.

Sejauh mata memandang hanya ada lautan awan yang pekat, dengan puncak – puncak menjulang, berhiaskan dinding langit yang merona. Subhanallah, sungguh tak terkirakan keindahan yang kita nikmati jika berada di atas gunung Prau.

Sunrise gunung Prau
Hamparan bunga Daisy

Puncak gunung Prau merupakan titik tertinggi dari pegunungan Dieng yang membentang di perbatasan kabupaten Kendal dan Wonosobo, jawa tengah. Puncaknya memilik ketinggian 2.565 di atas paras laut.

Sudah jadi rahasia umum bahwa dataran tinggi Dieng adalah salah satu destinasi wisata Jawa Tengah yang paling banyak dikunjungi wisatawan.

Akses pendakian menuju puncak gunung Prau ada 2 jalur, yaitu jalur desa wisata Dieng, dan jalur patak banteng.

Umumnya para pendaki lebih senang menggunakan jalur Dieng, karena kontur jalurnya relatif lebih bersahabat, sehingga pendaki bisa menikmati perjalanan sambil merasakan dinginnya terpaan angin dataran tinggi Dieng.

Namun tak sedikit pula para penyuka tantangan yang memilih jalur patak banteng sebagai akses pendakian.

Jalur ini memiliki kemiringan hingga 60 derajat, membutuhkan tenaga ekstra untuk mendakinya, namun waktu yang dibutuhkan relatif lebih singkat.

Sekitar bulan September tahun 2014 lalu, 6 orang ( termasuk saya ) bersama rekan – rekan mengikuti acara pendakian ke gunung Prau via jalur Dieng.

Catatan perjalanan saya dan teman-teman dimulai hari Jum’at malam, kami berangkat menuju terminal Wonosobo menggunakan bus Sinar Jaya berangkat dari Bekasi.

Rencana awal keberangkatan adalah pkl 18.00 harus molor menjadi pkl 20.30 akibat kami tidak kebagian tiket bus, membuat kami khawatir terlambat datang ke meeting point yang dijadwalkan pkl 07.00 di hari Sabtu.

Perjalanan 12 jam pun dimulai. Bus AC ekonomi yang kami naiki melewati jalur entah dimana, memasuki perkampungan, hamparan sawah, sampai harus offroad di atas jalur bebatuan.

Ini tidak seperti jalur yang digunakan kendaraan besar pada umumnya, karena jalanannya sangat sempit, bahkan untuk  mobil kecil pun kami rasa tidak akan muat.

Beberapa dari kami tertidur pulas seperti mayat, padahal jalanan begitu rusaknya, belum lagi kabut buatan yang masuk ke dalam bus alias debu, membuat perjalanan semakin dramatis, hahaha.

Singkat cerita, setelah melalui malam panjang, akhirnya pagi pun menjelang. Bus mulai memasuki terminal Mandala Wonosobo ( penduduk sekitar menyebutnya terminal Mendolo ) tepat pkl 08.00, molor 1 jam dari jadwal.

Dan ternyata rombongan kami adalah yang terakhir tiba.

Langsung saja kita meluncur menuju desa wisata Dieng Plateau menggunakan minibus, perjalanan ditempuh kurang lebih 1 jam melewati jalanan berkelok – kelok khas perbukitan.

Pemandangannya ? Sungguh menyejukkan. Sejauh mata melihat hanya ada hijaunya ladang penduduk, dengan udara yang sangat sejuk. Jauh dari polusi lingkungan, jauh dari kebisingan kota.

DSC_0377
View dataran tinggi Dieng

Sekitar pkl 09.00 kami tiba di kawasan candi Arjuna. Kami singgah di pendopo Soeharto ( sambil bertanya – tanya, pendopo ini buatan pak Soeharto ? ) dan langsung disambut menu sarapan pagi prasmanan.

Yang kami heran, kami kan rombongan terakhir yang datang, tapi kenapa kami yang pertama tiba di pendopo Soeharto ya.

Dengan jumawa tanpa malu – malu kami langsung menyerbu hidangan yang tersaji, tanpa belas kasih kami mengambil segala macam lauk yang ada, gratisssssss.

Baterai sudah terisi penuh, tingkah pun menjadi, hahaha. Rombongan minibus yang lain mulai berdatangan, dan mereka juga sama brutalnya ketika melihat makanan tersaji, tanpa basa – basi langsung aja diserbu.

Tapi sayang nya makanannya sudah diacak – acak kami duluan, hahaha. Setelah semua selesai sarapan, kami langsung pemanasan tubuh sebelum melakukan pendakian.

Kami berjalan – jalan menuju kawasan candi Arjuna.

Salah satu destinasi wisata di Dieng ini memang mempesona. Kegagahan wujudnya mencerminkan betapa sangat disucikannya kawasan bersejarah candi Arjuna ini dahulu.

Kami puas bernarsis ria, berfoto – foto sesama jenis dengan latar belakang candi Arjuna.

Selesai dengan sesi pemotretan, kami melanjutkan perjalanan mengunjungi area telaga warna. Ya, telaga ini memiliki 2 sisi kolam dengan warna yang berbeda.

Namun sayang, saat kami kesana, kondisi airnya sedang surut, dan kami juga tidak sempat naik ke batu ratapan angin karena keburu hujan.

Batu ratapan angin adalah salah satu spot terbaik melihat telaga warna dari ketinggian.

Tidak berlama – lama kami disana, langsung kembali menuju pendopo Soeharto, persiapan untuk acara utama pendakian gunung Prau.

Di sela – sela packing ulang carrier, tetap tidak lupa dengan sesi pemotretan artis – artis kota Bekasi.

Baca juga : Pendakian ke gunung Sindoro.

IMG_0088
Sesi foto bersama

Tepat pkl 14.00 kami memulai pendakian ke puncak gunung Prau, dengan sebelumnya dilakukan do’a bersama guna kelancaran dan keselamatan seluruh peserta.

Kami mendaki melalui jalur Dieng, diawali dengan melewati ladang penduduk sekitar 30 menit, kami sudah berkeringat, hehe.

Padahal hawa disana sangat dingin, namun memang belum menemukan track bonus ( baru jalan kok nyari bonus, hahaha ).

Track selanjutnya mulai memasuki area hutan, dengan jalur berpasir yang banyak ditumbuhi akar, sehingga kami berasumsi jika musin hujan tidak akan terlalu licin, karena banyaknya akar yang berguna sebagai pijakan.

Di tengah perjalanan tetap saja kami bernarsis ria, maklum kami para pendaki lama ( lama nyampe nya ).

Bermacam jalur kami lewati, namun secara keseluruhan kondisi jalurnya cukup bersahabat, sehingga untuk pendaki pemula seperti kami masih sanggup untuk menempuhnya ( tapi tetep ngos – ngosan sambil nyari bonus ).

Jalur pendakian dimulai dari Dieng, gemekan area, bukit bucu, plintangan, tower anjir, padang rumput telaga wurung, dan puncak gunung Prau. Tapi kami tidak tau posisi dari masing – masing jalur tersebut.

Yang kami tau pokoknya terus naik sampai ke puncak, hahaha.

Baca : Pendakian gunung Lawu via Candi Cetho.

IMG_0098
Beristirahat di jalur

Pkl 18.00 kita mendarat di camping area, tenda sudah disiapkan disana. Kabut tebal sudah mulai turun, hawa dingin khas Prau sudah mulai menusuk.

Banyak orang mengatakan, gunung Prau adalah salah satu gunung dengan suhu terdingin saat musim kemarau.

Tak berlama – lama kami langsung bongkar carrier, merapikan isi tenda. Kami ber 6 ditempatkan dalam 1 tenda Rei, cukup besar sih untuk menampung 6 orang ( awalnya begitu ).

Malam dihabiskan dengan bercanda gurau. Ada yang menyeduh minuman hangat, ada yang membuka perbekalan makanan, ada yang galau memandangi city light kota, ada pula yang bermain games dengan hukuman yang kalah harus buka atribut di pakaian, haha.

Banyak pula yang menyiapkan kamera dan tripod nya untuk hunting foto tengah malam nanti.

Sudah bukan rahasia umum, bahwa di gunung Prau kita bisa mendapatkan pemandangan malam yang sangat menakjubkan.

Mulai dari pemandangan city light kota Wonosobo berselimut kabut tipis, siluet puncak Sindoro – Sumbing seolah menyaksikan tingkah kita dalam diamnya, dan di tengah malam nanti jika cuaca cerah kita bisa melihat gugusan galaksi Bima Sakti di atap langit, atau sering disebut milkyway.

Subhanallah, tak terkatakan deh pokoknya keindahan malam itu. Benar – benar kuasa Allah yang tak bisa dipungkiri, dan kita pun terlihat amat kecil di antara itu semua.

Singkat cerita, saya melewatkan malam itu tanpa hunting foto apapun, dan ketika akan masuk tenda sekitar pkl 22.00 untuk tidur, tragedi pun terjadi.

Ternyata tenda yang kita gunakan hanya cukup menampung 4 orang, itupun sudah cukup berdesak – desakan.

Akhirnya saya berdua teman saya, Anjar, yang memang terakhir masuk ke dalam tenda, harus rela tidur di vestibule ( teras ) tenda, berselimutkan sleeping bag, beralaskan matras.

Aman, pikir kami.

Jam demi jam berlalu, dahsyatnya suhu dingin di Prau mulai terasa. Jaket saya mulai basah oleh embun karena kondensasi, tubuh mulai tak tenang menahan suhu dingin, dan kantuk pun hilang.

Alhasil sampai jam 5 pagi saya tak mampu melelapkan diri ini. Di saat orang – orang mulai bangun dan persiapan hunting Golden Sunrise yang terkenal itu, saya berdua Anjar malah membuka retsleting tenda dalam, dan bersiap memulai untuk tidur.

Tak apalah, yang penting bisa tidur, agar kondisi badan tetap fit saat turun gunung nanti.

DSC_0251
Sunrise gunung Prau

Bangun pagi jam sudah menunjukkan pkl 08.00, matahari sudah terang bersinar, dan nasi goreng sudah siap tersaji di depan tenda, hahaha.

Kami masak – masak sedikit untuk membuat minuman hangat dan sedikit makanan. Dilanjut packing, karena pkl 10.00 kita akan melakukan perjalanan turun.

Puncak gunung Prau
Berfoto bersama

Perjalanan turun tak memakan waktu lama, sekitar pkl 12.00 kita sudah tiba kembali di pendopo Soeharto, dilanjut bersih – bersih diri dan makan siang.

Setelah itu kita langsung berangkat menuju terminal Wonosobo, tak lupa mampir di toko oleh – oleh.

Tiba di terminal sekitar pkl 16.00, langsung menggunakan bus Sinar Jaya menuju Bekasi. Kali ini kami dapat tiket bus executive, jadi bisa tidur pulas selama perjalanan.

Perjalanan kali ini berakhir sangat mengesankan. Terima kasih buat Anjar, Yadi, Luki, Suryana, Deden, yang sudah ikut meramaikan perjalanan kali ini.

Terima kasih buat all crew Jelajah Dieng untuk segala sesuatunya, perjalanan ke puncak gunung Prau yang takkan terlupakan.

Ulasan Pengunjung . . .

  1. woooooww kereeen nie diengnya….
    semoga ke indahannya trus terjaga…

    Balas

Ayo Berikan Ulasan Anda

Berikan informasi dan penilaian terbaik Anda untuk membantu wisatawan lain yang berkunjung.